DUMAI, (DETIK12.com)– Kehadiran Perusahaan Gas Negara (PGN) di Kota Dumai awal-awalnya disambut baik oleh warga Kota Idaman. Namun lambat laun, perusahaan yang dulunya milik negara ini menjadi pembincangan miring oleh masyarakat.
Sebagian warga menilai kehadiran PGN ini di Kota Dumai tidak berdampak positif kepada masyarakat. Istilahnya, banyak mudarat dari pada manfaat.
Seperti yang disampaikan salah seorang warga RT 05, Jalan Batu Bintang, Kelurahan Bukit Batrem, Kecamatan Dumai Timur bermarga Tobing.
Tobing yang didampingi istri menyebutkan, bahwa sebelum-sebelumnya mereka membayar tagihan rekening gas PGN antara Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per bulan.
Hal ini tidak menjadi persoalan bagi pasangan suami istri ini. Karena menurut mereka di Dumai sulit mendapatkan gas LPG 3 kg.
Hingga mereka tetap melakukan pembayaran rekening tagihan dari PGN walaupun tidak sesuai dengan pemakaian meraka.
Namun berjalan waktu tagihan PGN mereka naik menjadi Rp205 ribu. Hal ini membuat kaget Tobing dan istrinya. Mereka pun mencoba menanyakan masalah melonjaknya tagihan rekening ke PGN tersebut.
Namun apa yang dilakukan pasangan suami istri ini tidak digubris oleh pihak PGN. Sehingga mereka meminta pihak PGN untuk memutuskan jaringan atau aliran gas ke rumah mereka.
“Kalau dihitung biayanya lebih murah pakai gas elpiji 3 kilogram. Kami pakai jaringan gas PGN ini karena sulit dulu mendapat gas elpiji. Setelah diputuskan jaringan oleh pihak PGN, sampai sekarang ini kami pakai gas elpiji saja,” terang Tobing.
Hal serupa juga disampaikan oleh Sihotang bersama istri boru Sirait. Warga Jalan Batu Bintang, Gang Nenas, RT 05, Kelurahan Bukit Batrem, Kecamatan Dumai Timur ini mengaku sempat membayar tagihan rekening gas PGN sebesar Rp315 ribu.
Menurut Sihotang, sejak jaringan gas milik PGN masuk ke rumah mereka, pembayaran awal (pertama) sangat besar yakni Rp315.400 per bulan.
Tagihan pertama ini masih dibayarnya walaupun mereka sudah komplain ke pihak PGN.
Namun kemudian tagihan ke dua turun Rp1000 menjadi Rp314.400 ribu. Pasangan ini kembali komplain ke pihak PGN.
Kemudian pihak PGN menyuruh pelanggan ini untuk memfoto meteran jaringan PGN dan mengirim foto tersebut kepada mereka. Hal inipun sudah dilakukan oleh Sihotang dan istrinya.
Namun tidak ada tanggapan dari pihak PGN. Tagihan rekening gas masih tetap Rp314.400 ribu perbulan.
“Karena tagihannya masih juga segitu, ya tidak kami bayar. Saya rasa petugas yang mengecek atau mencatat meteran itu asal-asalan. Kalau dibilang kecewa dari dulu kami sudah kecewa. Bagusnya tidak usah ada lagi PGN ini di Dumai. Tak ada manfaat bagi masyarakat,” kata Sihotang.
Sementara itu, pihak PT PGN ketika dikonfirmasi mengatakan, mereka meminta kepada pelanggan jaringan gas PGN apabila ada permasalahan tidak melapor kepada pihak media, dan langsung komplain ke PGN.
Namun ketika diajak ketemuan, awalnya pihak PGN siap menerima awak media untuk menkonfirmasi terkait pemberitakan.
Setelah ditelpon kembali, pihak PGN seolah-olah sengaja menolak untuk bertemu dengan awak media. Dan mengulur-ulur waktu untuk bertemu.
“Kenapa masyarakat komplainnya ke media. Kenapa tidak komplain ke kami,” ungkap salah seorang petugas PGN melalui telepon salulernya.***