Catatan : HUMAS SERBUNDO KOTA DUMAI ( MULAK SINAGA )
Saya adalah seorang anak yang terlahir dan dibesarkan oleh orang tua di lingkungan perumahan karyawan perkebunan teh di daerah Pematang Siantar
Ayah dan ibuku dulunya bekerja sebagai karyawan buruh menetap di salah satu perkebunan teh PTP V Marjandi, Kecamatan Panai Tongah Kabupaten Simalungun ( Pematang Siantar ), Profinsi Sumatra Utara ( SUMUT )
Karena kami tergolong keluarga besar maka penghasilan perbulan dari kedua orangtuaku tidak mampu untuk menutup seluruh kebutuhan keluargaku
Maklum ketika itu gaji atau upah BURUH kasar masih sangat rendah karena belum berpedoman kepada Upah Minimum Kota ( UMK ) dan Upah Minimum Profinsi ( UMP ) seperti sekarang ini
Sebagai anak tertua dari 7 bersaudara saya menganggap bahwa pengahsilan yang diperoleh ayah dan ibuku perbulannya tidak akan mampu menyekolahkan saya dan ke Enam adik adikku ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
Itu sebab nya setelah lulus dari SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) dari Kecamatan Panai Tongah, saya memilih dab memberanikan diri berangkat merantau ke Kota Pematang Siantar ( Kabupaten Simalungun )
Dengan modal semangat pantang menyerah dan berkat doa dari ke dua orangtua serta kegigihan untuk belajar menuntut ilmu di salah satu Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Negeri di Pematang Siantar
Akhirnya saya tamat dari SMA dan diterima serta lolos masuk di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Medan ( SUMUT )
Untuk mewujudkan cita cita dan harapan ku.Saya juga harus terpaksa kuliah sambil menarik beca di Kota Medan
Cita citaku untuk bisa meraih sarjana berhasil ku gapai.Namun takdir tangan berkata lain, anak BURUH kasar seperti saya ini kemungkinan akan tetap menjadi BURUH
Aturan dan Peraturan yang dibuat Pemerintah saat itu membuat harapan ku untuk menjadi PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) gagal tersandung aturan. Namun begitu saya tetap bangga sebagai anak BURUH
Sebab dimataku bahwa BURUH, PETANI, TUKANG BECA, NELAYAN , PEDAGANG dan KULI KASAR lainya adalah PAHLAWAN, sama seperti Almarhum orangtuaku
Atas kebanggaanku terhadap perjuangan dan semangat hidup almarhum orangtuaku, akhirnya saya memilih untuk jadi BURUH dan bercita cita menjadi pempimpin salah satu perburuhan di tanah air ( NKRI )
Niat dan harapanku nyaris pupus akibat bencana Corona Covid-19 yang disebut sebut sangat berbahaya.Sungguh tidak bisa saya bayangkan penderitaan bangsaku yang berprofesi sebagai BURUH saat ini
Mereka banyak sekali yang dirumahkan dan PHK ( Putus Hubungan Kerja ), mirisnya lagi disaat seperti ini, muncul pula gagasan dari pihak yang berkompeten di untuk membuat Rancangan Undang Undang ( RUU ) Cipta Lapangan Kerjya
Kebetulan hari ini tanggal 01 Mey, hari MEY DAY ( Hari Buruh Sedunia ), kesempatan bagi para buruh di tanah air untuk meminta pemerintah menunda RUU Cipta Lapangan Kerja dan minta peninjauan ulang terhadap pelatihan pra kerja secara online tersebut
Sebab selama pandemi tidak bisa diatasi, kita tidak bisa berbuat apa-apa, semoga Corona Covid-19 segera berlalu, dunia usaha kembali normal dan bangkit, sehingga lapangan kerja kembali terbuka, dan produksi para petani pangan bisa kembali normal seperti sediakala
Dan kedepan bila Covid 19 hilang pemerintah pusat maupun daerah memikirkan dan melaksanakan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian
Karena dengan adanya pemgaliahan fungsian lahan menjadi lahan pertanian ketahanan pangan masyarakat bisa terjamim.Dan pemerintah tidak repot repot seperti ini membagi bagikan sembako dan BLT
Untuk kita ketahui bersama bahwa buruh, nelayan & Petani adalah Pejuang, begitu juga dengan pelaku Usaha Mikro Kecil yang selama ini bertahan menderita akibat pondasi ekonomi kurang memadai
.Bila kita sadar bahwa Tanah Air kita subur dan memiliki alam yang kaya raya kita tidak mungkin krisis pangan kita seharusnya justru kaya akan protein hewani dan ikan hasil tangkapan nelayan kita yang sampai sekarang tergolong miskin
Sekali lagi saya ucapkan HIDUP BURUH, PETANI, NELAYAN, PEDAGANG dan masyarakat KECIL di tanah air.Mari kita bersatu melawan Covid 19.Salam dari Penulis
.