DUMAI, Detik12.com – Perusahaan Mie Rumahan di Jalan Gajah Mada Kota Dumai cukup dikenal publik di Kota Dumai maupun luar daerah.
Usaha pabrik mie ini merupakan usaha keluarga turun-temurun yang telah berdiri sejak tahun 1968 dan sampai saat ini terus melegendaris karena usaha ini masih tetap bertahan dan terus beroperasi.
Kalangan Warga Dumai sebahagian besar pasti mengetahui keberadaan pabrik Mie yang beralamat di Jalan Gajah Mada Dumai, pabrik ini layak disebut legendaris sampai ke Pekanbaru, Bengkalis dan Rokan Hilir hingga ke Manca Negara, seperri Malaysia serta Singapura.
Di pabrik ini tersedia berbagai macam varian Mie diantaranya Mie Kuning, Mie Keping, Mie Ayam, Mie Kering hingga Mie Tiaw basah.
Per harinya pabrik “Mie Gajah Mada” memproduksi kurang lebih 1 – 1, 1/2 ton mie untuk memenuhi permintaan pasar lokal Dumai.
Beberapa waktu lalu pabrik ini sempat terguncang dampak pandemi Covid-19 karena adanya kebijakan Pemerintah Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang menyebabkan produksi Mie turun 40 persen hingga sampai 50 persen.
Namun saat ditangani dengan langkah yang tepat alhasil usaha tetap berjalan dan 15 orang karyawan tetap bekerja tanpa ada satupun yang dikorbankan.
Saat ini usaha Mie Gajah Mada di kelola oleh Azwar Abenk (58 tahun) yang merupakan generasi ketiga sejak usaha ini dirintis oleh kakeknya yang merupakan warga keturunan Tiong Hoa Dumai.
Abenk menceritakan bahwa diawal Kakeknyalah yang merintis usaha mie ini yang fokus hanya pembuatan mie kuning saja dan itupun hanya memproduksi beberapa kilo saja untuk per harinya.
Namun berkat ketekunan dan kerja keras serta doa keluarga akhirnya usaha ini terus mengalami kemajuan hingga bertahan sampai saat ini, imbuh Abenk, dikutip tanjakberita.com.
Hingga saat ini Abenk terus berinovasi, dimana awal Januari lalu telah kembali merilis produk baru Varian Kerupuk. Dimana diantaranya Kerupuk Merah, Kerupuk Putih, Kerupuk Bawang, Kerupuk Ikan dan Udang dengan harapan usaha bisa semakin berkembang serta menyerap tenaga kerja lokal dan dapat memenuhi permintaan pasar.
Menurut Abenk, dalam menjalani usaha apapun pasti ada pasang surutnya, oleh karena itu sebagai pelaku usaha harus mencermati situasi bisnis dengan baik agar ada antisipasi jika ada kemungkinan terburuk.
Sementara terkait kompetitor menurutnya itu bukan ancaman yang serius, kita bersaing saja secara sehat dengan cara memberikan kualitas yang terbaik kepada Konsumen atau Pembeli.
“Menjaga hubungan dengan mitra kita pedagang di pasar tradisional dengan jalin kerjasama yang telah lama kami bangun “titip jual” ke mereka, mereka bisa menjual mie kita tanpa modal dan yang mereka setorkan cukup yang terjual saja”, tutupnya.***